Pesta demokrasi terbesar di Negara ini tak lama lagi akan di gelar. Berbagai macam upaya dan cara mulai dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan wakil rakyat guna mendapatkan simpati untuk meningkatkan rating popularitas mereka, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Tapi rakyat negeri ini telah belajar banyak dan tidak akan mudah untuk diperbodoh lagi.
Terlepas dari strategi politik yang di gencarkan oleh masing-masing parpol dalam meraih simpati rakyat, dalam pandangan saya pribadi sebagai warga negara yang awam tentang hal-hal yang bernuansa politik, terdapat satu realita yang ironi di negeri ini. Banyaknya parpol yang berlabel Islam ternyata tak sebanding dengan apresiasi hangat dari masyarakat Islam itu sendiri, dan kesan yang nampak adalah partai Islam kian ditinggalkan oleh umat Islam di negeri ini.
Mengapa ?
Sejujurnya hal inilah yang kadang membingungkan. Di negara yang moyoritas penduduknya beragama Islam namun sayangnya hal itu tidak membuat parpol-parpol Islam menjadi pemenang dalam pemilu, menjadi pemenang dalam perlombaan pemungutan suara-suara rakyat. Sungguh satu realita yang ironi. . . Dari sisi inilah seharusnya dan sebaiknya parpol Islam berkaca dan bertanya mengapa terjadi hal seperti itu.
Dalam beberapa tayangan media televisi yang pernah saya saksikan ataupun ulasan para komentar pengamat politik negeri ini, dapat ditarik kesimpulan jika hal utama yang menyebabkan parpol Islam kurang mendapat simpati rakyat adalah karena mereka lebih mengutamakan ekspresi simbolik dibanding yang substansial, lebih mengutamakan kepentingan partai di banding mengutamakan untuk menyerukan Islam, menyerukan hukum yang bersumber dari Al Qur'an dan As Sunnah.
Secara khusus, ada tiga penyebab mengapa perolehan suara parpol Islam dalam pesta demokrasi tidak berkorelasi positif dengan pesatnya perkembangan Islam, yaitu :
Saya berharap dan mendoakan, semoga parpol Islam di masa-masa mendatang dapat benar-benar menjadikan Islam sebagai ideologi mereka, memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar dan bukan sekedar mengutamakan kepentingan partai, kepentingan sekelompok orang yang bernaung dalam lambang dan atribut mereka saja.